Senin, 28 Oktober 2019

DEFINISI DARI KATA SPIRITUAL

Adalah Sesuatu kegiatan seseorang yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin) Kecerdasan Spiritual – terdiri dari dua kata :  "Kecerdasan dan Spiritual" Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran.  Ketika berbicara kecerdasan maka umumnya kita hanya akan terpaku pada kecerdasan IQ atau kecerdasan intelektual. Namun sekarang masyarakat sudah mulai memahami dan menyadari adanya berbagai kecerdasan lainya. Misalkan kecerdasan Emosional yaitu kecerdasan2 yang menggunakan emosionalnya (perasaan) adalah karya2 seni yang menggunakan foto sintesa perasaan seseorang dituangkan dalam karya2 seninya EQ.


Kecerdasan emosional (bahasa Inggris: emotional quotient, disingkat EQ) adalah :
Kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ).  Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang.

Menurut Howard Gardner (1983) terdapat pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang,  Yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
Kecerdasan Spiritual CSQ (Center Core of Spiritual Quotient). Kecerdasan Spiritual berkaitan erat dengan keyakinan dan kedekatan terhadap keberadaan dan kekuasaan suatu khaidah2 fundamental yang transenden dari kegiatan2 materi dan immaterial yang dipatuhi oleh kerja alam semesta ini. Jadi Spiritual itu bukan hal2 yang terkait dengan Delirium, Delusi, Dimensia, Hocus Pocus dan Takhayul. Tinjauan Etimologi Kecerdasan Spiritual
Secara etimologi arti dari dua kata tersebut kecerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan.

Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan dan keberdayaan kemampuan manusia tetapi sesuatu hal immaterial mempunyai kekuasaan sebagai khaidah fundamental yang sangat dipatuhi oleh mekanika alam semesta dan seisinya juga sebagai spiritual tertingginya yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan semesta. Sehingga menurut pengertian saya bahwa Spiritual adalah suatu kegiatan Jasmani dan Rohani ber-sama2 untuk mengenali, menyaksikan dan memahami Sang Hidup yang menghidupkan Manusia dan seluruh alam semesta ini. Disinilah menurut saya seseorang akan melakukan explorasi, observasi, analisis dan konklusi secara Jasmani dan Rohani hingga mencapai kecerdasan Intelijensia dan Nuraninya dalam memahami Hidup dan kehidupan di alam semesta ini.

Kecerdasan spiritual bisa diartikan sebagai fakultas dimensi non-material kita atau jiwa manusia.  Kecerdasan Spiritual adalah pokok dasar dari seluruh kecerdasan yang lain, karena sebagai pembimbing dan penyaring kecerdasan2 yang lain mencapai kebijaksanaan2 kehidupan. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna serta hubungan faktual dan transendental antara sesuatu materi dengan immaterial yang tak terbatas. Kecerdasan Spiritual selalu terhubung dengan kegiatan Samadhi atau Meditasi atau I'tikaf atau Shalat, tergantung apabila kualitas yang dilakukan bisa dikategorikan sepadan dengan Samadhi.
Karena Kecerdasan Spiritual adalah hasil pengolahan yang terlatih secara disiplin dari kegiatan Samadhi tersebut.

Saya secara pribadi adalah seorang yang meyakini Islam, dan sebagai seorang Islam pasti memahami bahwa RosulAllah Muhammad tercerahkan dengan wahyu2 Allah sebelumnya melakukan Samadhi di Gua Hira.
Dan saya diwajibkan membaca dan meng-imani (meneliti,membuktikan, meyakini) seluruh Literatur Risalah2 dari Kitab para Nabi dan Ulama (Scientist dan Pujangga) Hindu dan Buddha adalah Risalah2 Allah yang terdahulu sebelumnya dengan tegas.
Sesuai perintah Allah dalam Surat Al Baqoroh ayat 1 s/d ayat 10... garis merahnya di ayat ke 4 (empat) adalah :

وَٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ وَبِٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ يُوقِنُونَ
4. Wa-ladziina yu`minuuna bimaa unzila ilaika wa maa unzila min qablika wa bil aakhirati hum yuuqinuun(a)

4. "dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

Arti maknanya :
"Dan mereka yang sudah dapat memahami makna dan menyaksikan dengan melakukan implementasi ( ber-perilaku) yang realistis terhadap petunjuk2 (kitab) ilmu yang telah dianugerahkan kepadamu serta Kitab-kitab (petunjuk2 ilmuNya) yang telah dianugerahkan sebelumnya.

Karena risalah2 Allah tersebut saling menjelaskan dan melengkapi sinergi, harmoni dan selaras menjadi sebuah kesatuan universal. Akan menjadikan perbaikan2 yang lebih baik dari kehidupannya yang telah lalu setiap detik teraturnya waktu.  Sehingga memberikan kesadaran dan kecerdasan mencapai keyakinan dan memahami makna2 ilmu-Nya.
Yang sangat jelas bahwa realitanya akan adanya kehidupan selanjutnya yang lebih kekal setelah kehidupan di Bumi ini berakhir = Akhirat = Supernova.

Dan ber-transformasi menuju ke-hidupan yang baru dengan ke-sempurnaan-nya sebagai makhluk manusia yang sempurna, jadi bukanlah "kematian". Disinilah saya dapat memahami yang menurut pemahaman saya bahwa Islam bukan ajaran yang picik atau berpandangan sempit, tapi suatu ajaran yang sangat universal yang penuh rahmat dari Sang Hidup itu sendiri. Dan saya merasa punya kewajiban untuk melakukan Samadhi secara disiplin dengan melepas bebas segala doktrin dan dogma2 yang ada. Saya sebutkan bebas dari doktrin2 dan dogma2 adalah agar saya dapat melakukan explorasi pelaksanaan, penelitian dengan teliti, menganalisa untuk mendapatkan konklusi yang diyakini terbukti menjadi ke-imanan.

Keyakinan menjadi ke-iman-an yang tidak berdasarkan sekedar doktrin dan dogma.
Arti dari kata Islam itu saya pahami sebagai kepasrahan yang bermakna Samadhi. Dan makna Samadhi menurut pemahaman saya secara maknawiyah (esensial) adalah sebuah interaksi Spiritual seorang manusia sebagai Zat bukan sebagai Makhluk berhubungan dan berkomunikasi dengan Zat Sang Hidup Allah secara transenden baik material maupun immaterial yang tak terbatas. Sehingga kegiatan Spiritual tersebut menghasilkan kebijaksanaan mencapai kebenaran hakiki untuk diri seseorang secara pribadi dari Sang Hidup Allah itu sendiri.

Saya sebutkan kebenaran hakiki untuk diri pribadi adalah bukan untuk umum,
Sehingga memahami proses masing2 pemahaman Spiritual setiap orang ber-beda2 dan harus dihormati dan dihargai bukan untuk diperdebatkan. Yang bisa dilakukan adalah hanya berbagi informasi (sharing) sebagai inspirasi pembelajaran saja. Karena hubungan Interaksi Integral antara Manusia dengan Sang Hidup Allah sangatlah pribadi dan rahasia lebih harus dijaga sifat privasinya dibandingkan dengan hubungan Suami Istri. Demikian Spiritual dan Samadhi menurut pemahaman saya, mohon maaf ini bukanlah sebuah teori, saya hanya berbagi informasi dari suatu afirmasi menurut pemahaman saya saja. Apabila tidak sesuai ekspektasi dan berbeda sudut pandang dengan para sahabat disini di buang saja dan di-abaikan.

Saya mohon maaf apabila berbeda, karena sebetulnya saya sendiri sebagai makhluk tidak punya kepandaian apa2 dan tidak berdaya selain kemurahan kuasa Sang Hidup itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NUSANTARA LEMURIA 7

Asal Muasal LEMURIA part 3 Kembali saya bertadabur tentang tehnologi Lemuria selama saya berkomunikasi bersama dengan para Lemuria A...