Adalah Sesuatu
kegiatan seseorang yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani,
batin) Kecerdasan Spiritual – terdiri dari dua kata : "Kecerdasan dan Spiritual" Kecerdasan
adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama
masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Ketika berbicara kecerdasan maka umumnya kita
hanya akan terpaku pada kecerdasan IQ atau kecerdasan intelektual. Namun
sekarang masyarakat sudah mulai memahami dan menyadari adanya berbagai
kecerdasan lainya. Misalkan kecerdasan Emosional yaitu kecerdasan2 yang
menggunakan emosionalnya (perasaan) adalah karya2 seni yang menggunakan foto
sintesa perasaan seseorang dituangkan dalam karya2 seninya EQ.
Kecerdasan
emosional (bahasa Inggris: emotional quotient, disingkat EQ) adalah :
Kemampuan seseorang untuk menerima,
menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di
sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan
suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk
memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional (EQ)
belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa
kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual
dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang.
Menurut Howard
Gardner (1983) terdapat pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, Yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri
sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan
bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi
sebagai alat untuk memotivasi diri.
Kecerdasan Spiritual CSQ (Center
Core of Spiritual Quotient). Kecerdasan Spiritual berkaitan erat dengan
keyakinan dan kedekatan terhadap keberadaan dan kekuasaan suatu khaidah2
fundamental yang transenden dari kegiatan2 materi dan immaterial yang dipatuhi
oleh kerja alam semesta ini. Jadi Spiritual itu bukan hal2 yang terkait dengan
Delirium, Delusi, Dimensia, Hocus Pocus dan Takhayul. Tinjauan Etimologi
Kecerdasan Spiritual
Secara etimologi arti dari dua kata
tersebut kecerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan
kejiwaan.
Kecerdasan ini
terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan dan
keberdayaan kemampuan manusia tetapi sesuatu hal immaterial mempunyai kekuasaan
sebagai khaidah fundamental yang sangat dipatuhi oleh mekanika alam semesta dan
seisinya juga sebagai spiritual tertingginya yaitu kekuatan penggerak kehidupan
dan semesta. Sehingga menurut pengertian saya bahwa Spiritual adalah suatu
kegiatan Jasmani dan Rohani ber-sama2 untuk mengenali, menyaksikan dan memahami
Sang Hidup yang menghidupkan Manusia dan seluruh alam semesta ini. Disinilah
menurut saya seseorang akan melakukan explorasi, observasi, analisis dan
konklusi secara Jasmani dan Rohani hingga mencapai kecerdasan Intelijensia dan
Nuraninya dalam memahami Hidup dan kehidupan di alam semesta ini.
Kecerdasan
spiritual bisa diartikan sebagai fakultas dimensi non-material kita atau jiwa
manusia. Kecerdasan Spiritual adalah
pokok dasar dari seluruh kecerdasan yang lain, karena sebagai pembimbing dan
penyaring kecerdasan2 yang lain mencapai kebijaksanaan2 kehidupan. Kecerdasan
spiritual mewakili kerinduan akan makna serta hubungan faktual dan transendental
antara sesuatu materi dengan immaterial yang tak terbatas. Kecerdasan Spiritual
selalu terhubung dengan kegiatan Samadhi atau Meditasi atau I'tikaf atau
Shalat, tergantung apabila kualitas yang dilakukan bisa dikategorikan sepadan
dengan Samadhi.
Karena Kecerdasan Spiritual adalah
hasil pengolahan yang terlatih secara disiplin dari kegiatan Samadhi tersebut.
Saya secara
pribadi adalah seorang yang meyakini Islam, dan sebagai seorang Islam pasti
memahami bahwa RosulAllah Muhammad tercerahkan dengan wahyu2 Allah sebelumnya
melakukan Samadhi di Gua Hira.
Dan saya diwajibkan membaca dan
meng-imani (meneliti,membuktikan, meyakini) seluruh Literatur Risalah2 dari
Kitab para Nabi dan Ulama (Scientist dan Pujangga) Hindu dan Buddha adalah
Risalah2 Allah yang terdahulu sebelumnya dengan tegas.
Sesuai perintah Allah dalam Surat
Al Baqoroh ayat 1 s/d ayat 10... garis merahnya di ayat ke 4 (empat) adalah :
وَٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِمَآ
أُنزِلَ إِلَيۡكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ وَبِٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ يُوقِنُونَ
4. Wa-ladziina yu`minuuna bimaa
unzila ilaika wa maa unzila min qablika wa bil aakhirati hum yuuqinuun(a)
4. "dan mereka yang beriman
kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang
telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Arti maknanya :
"Dan mereka yang sudah dapat
memahami makna dan menyaksikan dengan melakukan implementasi ( ber-perilaku)
yang realistis terhadap petunjuk2 (kitab) ilmu yang telah dianugerahkan
kepadamu serta Kitab-kitab (petunjuk2 ilmuNya) yang telah dianugerahkan
sebelumnya.
Karena risalah2
Allah tersebut saling menjelaskan dan melengkapi sinergi, harmoni dan selaras
menjadi sebuah kesatuan universal. Akan menjadikan perbaikan2 yang lebih baik
dari kehidupannya yang telah lalu setiap detik teraturnya waktu. Sehingga memberikan kesadaran dan kecerdasan
mencapai keyakinan dan memahami makna2 ilmu-Nya.
Yang sangat jelas bahwa realitanya
akan adanya kehidupan selanjutnya yang lebih kekal setelah kehidupan di Bumi
ini berakhir = Akhirat = Supernova.
Dan
ber-transformasi menuju ke-hidupan yang baru dengan ke-sempurnaan-nya sebagai
makhluk manusia yang sempurna, jadi bukanlah "kematian". Disinilah
saya dapat memahami yang menurut pemahaman saya bahwa Islam bukan ajaran yang
picik atau berpandangan sempit, tapi suatu ajaran yang sangat universal yang
penuh rahmat dari Sang Hidup itu sendiri. Dan saya merasa punya kewajiban untuk
melakukan Samadhi secara disiplin dengan melepas bebas segala doktrin dan
dogma2 yang ada. Saya sebutkan bebas dari doktrin2 dan dogma2 adalah agar saya
dapat melakukan explorasi pelaksanaan, penelitian dengan teliti, menganalisa
untuk mendapatkan konklusi yang diyakini terbukti menjadi ke-imanan.
Keyakinan
menjadi ke-iman-an yang tidak berdasarkan sekedar doktrin dan dogma.
Arti dari kata Islam itu saya
pahami sebagai kepasrahan yang bermakna Samadhi. Dan makna Samadhi menurut
pemahaman saya secara maknawiyah (esensial) adalah sebuah interaksi Spiritual
seorang manusia sebagai Zat bukan sebagai Makhluk berhubungan dan berkomunikasi
dengan Zat Sang Hidup Allah secara transenden baik material maupun immaterial
yang tak terbatas. Sehingga kegiatan Spiritual tersebut menghasilkan
kebijaksanaan mencapai kebenaran hakiki untuk diri seseorang secara pribadi
dari Sang Hidup Allah itu sendiri.
Saya sebutkan
kebenaran hakiki untuk diri pribadi adalah bukan untuk umum,
Sehingga memahami proses masing2
pemahaman Spiritual setiap orang ber-beda2 dan harus dihormati dan dihargai
bukan untuk diperdebatkan. Yang bisa dilakukan adalah hanya berbagi informasi
(sharing) sebagai inspirasi pembelajaran saja. Karena hubungan Interaksi
Integral antara Manusia dengan Sang Hidup Allah sangatlah pribadi dan rahasia
lebih harus dijaga sifat privasinya dibandingkan dengan hubungan Suami Istri. Demikian
Spiritual dan Samadhi menurut pemahaman saya, mohon maaf ini bukanlah sebuah
teori, saya hanya berbagi informasi dari suatu afirmasi menurut pemahaman saya
saja. Apabila tidak sesuai ekspektasi dan berbeda sudut pandang dengan para
sahabat disini di buang saja dan di-abaikan.
Saya mohon maaf
apabila berbeda, karena sebetulnya saya sendiri sebagai makhluk tidak punya
kepandaian apa2 dan tidak berdaya selain kemurahan kuasa Sang Hidup itu
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar